Kamis, 06 Februari 2014

CAPUT SUCCEDANEUM

A.    Pengertian Cedera atau Trauma Lahir

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. (Dewi, 2010).
Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. (Sarwono, 2007).
Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. (Varney, 2007 )

B.     Ruang Lingkup Caput Succedaneum

a.      Definisi Caput Succedaneum
Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas tegas dan melewati batas sutura. Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput Succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
Caput adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat, melampaui sutura garis tengah.

Caput Suksedaneum adalah pembengkakan yang edematosa, kadang-kadang ekimotik, dari difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Caput ini dapat meluas menyilang garis tengah dan menyilang garis sutura. Edema menghilang pada beberapa hari pertama tidak diperlukan pengobatan khusus, tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi foto terapi untuk hiperbilirubinemia.
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. (Sarwono, 2007).
Caput succadeneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai  bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks.
Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam capilair veneus meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD, 1985)
Caput succedaneum adalah pembengkakan di kulit kepala pada bayi baru lahir. Hal ini paling sering disebabkan oleh tekanan dari rahim atau dinding vagina selama kepala-pertama (vertex) pengiriman.

b.      Penyebab
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succadeneum pada bayi baru lahir yaitu:
1.      Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succadeneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam capilair venus meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.

2.      Persalinan dengan ekstraksi vakum
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Obstetri fisiologi, UNPAD, 1985)

3.      Ketuban sudah pecah/KPD
His yang kuat dan bila makin kuat his, makin besar kaput succedaneum

c.       Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
1)      Makrosomia (BB >4000 gram)
2)      Prematuritas
3)      Disproporsi sefalopelvik/CPD (kepala janin > dari panggul ibu)
4)      Distosia (kesulitan dalam persalinan)
5)      Persalinan lama
6)      Persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
7)      Persalinan dengan sectio caesaria
8)      Kelahiran sungsang
9)      Presentasi bokong
10)  Presentasi muka
11)  Kelainan bayi letak lintang

d.      Gejala
a)      Adanya oedema dikepala
b)      Tidak tampak suatu lahir
c)      Teraba lembut dan lunak
d)     Melewati sutura
e)      Batas tidak jelas
f)       Menghilang pada 2-3 hari tanpa pengobatan
g)      Lunak dan legok pada tekanan
h)      Pembengkakan difus atau tidak berbatas tegas
i)        Tempat dapat berubah
j)        Terbesar waktu lahir, kemudian mengecil dan menghilang beberapa jam kemudian (24-36 jam)
k)      Terjadi karena efisi serum

e.       Patofisiologis
Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa.
1.      Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. (Sarwono, Ilmu Kebidanan,2002)
2.      Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. (Markum, 1991)

f.       Komplikasi
a.       Warna kuning pada kulit (jaundice).
b.      Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka
c.       Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah

d.      Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

g.      Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dibutuhkan. Masalah ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari

h.      Pentalaksanaan
1.      Bayi dengan caput succadeneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
2.      Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala
3.      Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
4.      Mencegah terjadinya infeksi : Perawatan tali pusat; Personal hygiene baik
5.      Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal; Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari
6.      Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi
7.      Awasi keadaan umum bayi
8.      Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
9.      Berikan konseling pada orang tua, tentang:
a.       Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
b.      Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3 minggu tanpa pengobatan
c.       Perawatan bayi sehari-hari
d.      Manfaat dan teknik pemberian ASI










DAFTAR USTAKA











Tidak ada komentar:

Posting Komentar